Blatter Diyakini Tak Terbendung di Kongres FIFA

Rabu, 27 Mei 2015 - 17:37 WIB
Blatter Diyakini Tak Terbendung di Kongres FIFA
Blatter Diyakini Tak Terbendung di Kongres FIFA
A A A
SWISS - Jalan Sepp Blatter meneruskan singgasana kekuasaan di FIFA diprediksi bakal tak terbendung. Namun, akankah sejarah, khususnya tentang pemilihan Presiden FIFA terulang kembali? Sepertinya akan demikian. Paling tidak, dimulai dengan kekisruhan dan diakhiri dengan kedamaian, sebagaimana yang terjadi di Kongres FIFA Ke-61 di Hallenstadion, Zurich, Swiss, empat tahun silam.

Saat itu, Sepp Blatter mendapatkan penantang tangguh dari Timur Tengah, Mohammed bin Hammam. Namun menjelang kongres, pengusaha asal Qatar ini mundur, bahkan akhirnya mendapatkan hukuman dari FIFA. Dari Indonesia, juga tak kalah seruhnya. PSSI juga sedang dilanda kisruh, bahkan yang ke Zurich adalah tiga pengurus sementara, yakni Agum Gumelar, Djoko Driyono dan Dali Taher.

Dua hari menjelang Kongres, jumpa pers yang digelar FIF di Zurcherberg, Swiss, berlangsung kisruh. Wartawan berebutan bertanya, mikrofon jatuh dari meja, dan Sepp Blatter langsung pergi tanpa menjawab satu pun pertanyaan.

Muncul pula undangan palsu dari Jack Warner, pengurus FIFA dari Karibia. Wartawan berlarian ke Hotel Dolder Grand, tapi si pengundang, Jack Warner, tak muncul di podium. Toh, hari H pelaksanaan Kongres FIFA edisi 61 itu, saat itu sedang memasuki musim gugur, berlangsung lancar. Berkali-kali didengungkan Sepp Blatter dalam kongres itu, bahwa sesama anggota FIFA adalah keluarga. "Kita
seharusnya malu dengan FIFA, lihatlah, bagaimana organsasi ini begitu rapi mengatur kongresnya,"jelas Agum Gumelar kala itu.

PSSI, imbuhnya, mesti belajar banyak. Kongres dua hari itu memang berlangsung mulus. Sepp Blatter dipilih secara aklamasi. Tak ada protes, tak ada lagi huru-hara. Jumpa pers setelah kongres juga lancar.

Kini, menjelang Kongres FIFA Ke-65 ini, FIFA juga diterpa gunjingan tak sedap, terutama soal Piala Dunia di Qatar dan Rusia, serta citra korupsi yang masih melekat di lembaga ini. Toh, impian Sepp Blatter untuk kembali memimpin FIFA, seperti tak akan terbendung lagi. Luis Figo dan Michael van Praag, kandidat dari Belanda, tiba-tiba mundur.

Michel Platini, presiden UEFA, juga tak banyak bersuara. Prince Ali bin Hussein dari Yordania, meski disebut calon terkuat penantang FIFA, tak sampai menyulitkan langkah Sepp Blatter. Itupun jika dia tidak mundur di menit-menit akhir.

PSSI juga datang dengan masalah, bahkan lebih gawat ketimbang kongres serupa empat tahun silam. PSSI terancam dibekukan FIFA karena campur tangan pemerintah melalui Menpora. Kabarnya delegasi Menpora juga akan datang ke Swiss. Namun hingga berita ini ditulis, kalangan diplomat di KBRI Bern belum bisa memastikannya. "Baru sebatas kabar, informasi secara resmi belum ada rencana kedatangan itu,"kata salah satu diplomat KBRI Bern.

Datang atau tidak, dukungan terhadap kemajuan sepak bola Indonesia, muncul dari beberapa masyarakat Indonesia di Swiss. Beberapa orang akan datang di depan Hallenstadion Zurich. FIFA sendiri, meskipun presidennya dari Wallis, Swiss, kurang mendapatkan simpati dari rakyat Swiss.

Parlemen di Zurich, beberapa kali bersidang soal status FIFA, terutama soal pajak. Hingga kini, FIFA tak wajib membayar pajak karena statusnya sebagai organisasi di bidang olah raga, bukan semacam perusahaan. Gunjingan korupsi juga sulit disentuh karena status FIFA.
(aww)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7366 seconds (0.1#10.140)