Perpindahan ke Klub Rival, antara Cap Pengkhianat dan Profesionalitas

Rabu, 01 Juli 2015 - 11:07 WIB
Perpindahan ke Klub Rival, antara Cap Pengkhianat dan Profesionalitas
Perpindahan ke Klub Rival, antara Cap Pengkhianat dan Profesionalitas
A A A
EROPA - Perpindahan pemain dari satu klub ke klub lain adalah wajar di sepak bola. Seorang pemain pindah bisa karena berbagai hal: mencari klub yang bisa memberi gelar, mencari klub yang lebih baik, atau mencari gaji yang lebih baik.

Tidak jarang, perpindahan yang wajar itu bisa menimbulkan gejolak di kalangan fans yang ditinggalkan klub tersebut. Apalagi, jika sang pemain pindah dari klub rival.

Cap pengkhianat tidak jarang melekat pada pemain yang melakukan perpindahan jenis ini.

Pekan ini, nama Petr Cech menjadi buah bibir. Ya, kiper 33 tahun itu pindah dari Chelsea ke Arsenal. Dua klub yang merupakan rival di kota London dan di Liga Inggris.

Dan atas tindakan Cech itu, sebagain fans Chelsea, ada yang mencapnya sebagai pengkhianat. Jauh sebelum Cech, telah banyak pemain yang melakukan tindakan serupa.

Luis Figo misalnya, dia pindah dari Barcelona ke Real Madrid. Fernando Torres melakukannya ketika pindah dari Liverpool ke Chelsea. Juga Cesc Fabregas yang tetap dicap sebagai pengkhianat meskipun dia tak langsung pindah dari Arsenal ke Chelsea.

Seorang pemain sepak bola adalah bagian dari sejarah klub dan dunia industri.Sebagai bagian dari sebuah sejarah, seorang pemain dianggap mewakili dan terikat dengan identitas klub tersebut.

Namun sebagai bagian dari dunia industri, seorang pemain harus mencari klub yang bisa menguntungkan bagi dirinya baik menguntungkan secara gelar, kesempatan bermain atau uang.

Dua hal yang melekat pada seorang pemain inilah yang terkadang membuat proses transfer tidak jarang menimbulkan gejolak.

Sebagai bagian dari sejarah dan identitas klub, seorang pemain seolah dilarang pindah ke klub rival. Pemain Barcelona misalnya, haram hukumnya untuk pindah ke Real Madrid.

Kasus Figo adalah contohnya. Saking kuatnya rivalitas antara Barcelona dan Real Madrid yang melibatkan aspek historis, Figo menerima menerima kecaman yang luar biasa ketika memutuskan pindah dari Barcelona ke Real Madrid.

Figo kala itu dianggap mengkhianati sejarah panjang rivalitas Barcelona dan Real Madrid. Para fan Barcelona pun mencapnya sebagai pengkhianat. Insiden pelemparan kepala babi adalah contoh bagaimana fans Barca membenci Figo.

Hal serupa terjadi dalam kasus Fernando Torres. Mantan rekan Torres di Liverpool, Daniel Agger menilai Torres tidak menghormati tradisi Liverpool saat memutuskan pindah ke Chelsea.

"Tidak bisa diterima bermain bagi rival Liverpool. Untuk orang Denmark, ini adalah soal menghormati klub tempat Anda bermain. Saya tidak akan pernah pindah ke Manchester United dan Everton contohnya. Ini adalah soal menghormati klub," kata Agger di Guardian.

Dari sudut pandang demikian, apa yang dilakukan Figo dan Torres memang tidak bisa diterima. Namun dari sudut pandang pemain sebagai bagian dari industri sepak bola dan sebagai profesional, hal yang dilakukan Figo dan Torres sah-sah saja meski mungkin bukan dianggap tindakan yang etis.

Seperti diungkap di atas, seorang pemain pindah dari suatu klub ke klub lain bisa jadi karena mencari gaji yang lebih baik, mencari klub yang bisa memberi gelar, atau mencari klub yang memberikan kesempatan bermain.

Jika klub yang memiliki itu semua adalah klub rival, mengapa tidak?

Torres sendiri mengungkapkan, alasan gelar adalah faktor utama di balik kepindahannya ke Chelsea. Keinginan meraih gelar Liga Champions adalah salah satunya

"Setiap musim,Chelsea selalu memiliki kesempatan untuk memenangkan semua piala di ajang yang mereka mainkan. Jadi, ketika Anda memiliki kesempatan untuk bermain di tim seperti ini Anda tidak dapat mengatakan tidak," kata Torres di Daily Mail.

Tindakan Torres terbukti tepat (setidaknya bagi dirinya sendiri). El Nino -julukan Torres- berhasi meraih gelar Liga Champions di saat klub lamanya, Liverpool justru absen di ajang tertinggi antar klub Eropa tersebut.

Lain halnya dengan kasus Fabregas dan Cech. Kedua pemain ini pindah lantaran ingin mencari klub yang lebih baik.

Fabregas merasa tidak lagi dihormati oleh fans Barcelona. Padahal, Fabregas adalah produk asli La Masia.

Sedangkan Cech, pindah karena tidak lagi mendapat tempat inti di Chelsea. Kiper yang sudah 11 tahun membela Chelsea itu harus rela tersingkir oleh kedatangan Thibaut Courtois.

Sekarang, adalah tergantung dari sang pemain. Jika dia ingin pindah, hal mana yang lebih dia utamakan, tradisi dan sejarah klub atau profesionalitas.

Jika mengutamakan tradisi dan sejarah klub, pemain akan terhindar dari cap pengkhianat. Namun jika sudut pandang profesionalitas yang dipakai, cap pengkhianat adalah konsekuensi yang harus diterima.
(sha)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 4.1061 seconds (0.1#10.140)