Mantan Kiper Timnas Bertahan Hidup Jadi Masinis Kereta Mainan

Selasa, 28 Juli 2015 - 13:23 WIB
Mantan Kiper Timnas Bertahan Hidup Jadi Masinis Kereta Mainan
Mantan Kiper Timnas Bertahan Hidup Jadi Masinis Kereta Mainan
A A A
Matinya kompetisi di Indonesia benar-benar mematikan sumber penghasilan para seniman bola Tanah Air. Para pemain yang menggantungkan kehidupannya dari mengolah si kulit bundar harus rela banting setir mencari pekerjaan apa adanya demi mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.

Kondisi miris juga dialami pemain Pusamania Borneo FC, Galih Sudaryono. Pemain yang berposisi sebagai penjaga gawang itu harus banting setir menjadi ''masinis kereta''. Akan tetapi kereta yang dibawa oleh pemain kelahiran Semarang, 4 Januari 1987 itu bukanlah kereta asli melinkan hanya kereta mainan yang diperuntukkan bagi anak-anak.

Galih mengungkapkan menjadi masinis kereta mainan itu bukanlan pilihan, namun hal itu harus ia lakukan agar kebutuhan hidupnya bisa terpenuhi. Selain itu, ia rela melakoni hal itu semata-mata agar asap dapurnya selalu mengepul meski saat ini kompetisi sepak bola di Indonesia sedang terhenti karena Menpora membekukan PSSI yang berakibat pada matinya kompetisi di Tanah Air.

Awal mula ia manjadi masinis kereta mainan itu dilakukan Galih beberapa waktu lalau. Ketika itu ada salah satu rekannya yang meminjamkan seperangkat kereta mini mainan yang berpenggerak listrik. Kereta itu dipinjamkan, semata-mata agar Galih mendapatkan pemasukan uang. Apalagi selama ini kehidupan mantan kiper tim nasional Indonesia itu dan keluarganya hanya bersumber dari sepak bola. Setelah kompetisi terhenti maka praktis tidak ada pemasukan lagi.

Kereta yang dipinjamkan itu kata Galih, kemudian dijalankan di sejumlah lokasi yang ada. Mulai dari stand-stand permainan hingga bazar kampung ia datangi demi mendapatkan rupiah. Bahkan mulai Senin (27/7) kemarin dirinya juga membuka stand kereta mainan di bazar yang ada di dekat rumahnnya yang berada di Ngringo, Palur, Karanganyar, Jawa Tengah.

Menurut Galih setiap anak yang ingin menaiki kereta yang dijalankannya akan dikenakan biaya sebesar Rp5.000. biaya sebesar itu kata digunakan untuk kepentingan operasional dan untuk kepentingan sehari-hari. Selain itu ia juga menyisihkan uang untuk dibagi dengan temannya yang memiliki mainan itu.

Meski sementara waktu banting setir sebagai masinis kereta mainan, pemain yang pernah memperkuat Persija Jakarta dan Persiram Raja Ampat itu mengaku tidak malu. Ia mengaku ikhlas menjalankan setiap pekerjaan yang ada padanya termasuk menjadi masisnsn kereta mainan. Apalagi penghasilan yang didapatkan sudah mampu untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarganya.

Meski demikian pihaknya berharap agar kompetisi segera berlangsung dan nasib para pemain sepak bola yang ada di Indonesia akan kembali membaik. Ia juga tetap menjaga fisik dan kemampuannya selama kompetisi terhenti yakni dengan melakukan latihan dan juga bermain sepak bola dengan rekan-rekannya di sela-sela waktu.

''Pagi hari selalu disempatkan diri untuk berlari, sesekali juga menyempatkan wkatu untuk bermain bola,''ucapnya.
(aww)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4612 seconds (0.1#10.140)