Terlalu Banyak Makan Kentang Goreng, Waspadai 5 Risiko Masalah Kesehatan Berikut Ini

Jum'at, 23 Juni 2023 - 06:36 WIB
loading...
Terlalu Banyak Makan Kentang Goreng, Waspadai 5 Risiko Masalah Kesehatan Berikut Ini
Terlalu berlebihan mengonsumsi kentang goreng ternyata bisa berdampak negatif pada kesehatan dalam jangka panjang. / Foto: ilustrasi/Freepik
A A A
JAKARTA - Kentang goreng merupakan salah satu makanan yang memiliki banyak penggemar. Makanan dengan cita rasa gurih ini biasa dikonsumsi ketika bersantai.

Namun, ternyata apabila terlalu berlebihan mengonsumsi kentang goreng bisa berdampak negatif pada kesehatan dalam jangka panjang.

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan pada 4.500 orang yang diterbitkan The American Journal of Clinical Nutrition, makan Kentang Goreng lebih dari dua kali seminggu dapat menggandakan risiko kematian dini.



Para peneliti menunjuk pada minyak yang digoreng sebagai kekuatan pendorong yang lebih besar di balik risiko kesehatan dan lebih sedikit pada kentang itu sendiri.

Berikut 5 risiko terlalu banyak mengonsumsi kentang goreng, seperti dilansir laman Times of India.

1. Risiko Jantung dan Stroke


Sebuah penelitian menemukan bahwa makan gorengan tiga kali atau lebih dalam seminggu meningkatkan kemungkinan seseorang terkena serangan jantung dan stroke sebesar 7 persen. Jika orang mengonsumsi gorengan setiap hari, risikonya menjadi dua kali lipat hingga 15 persen.

2. Sakit Perut


Lemak dicerna lebih lambat oleh tubuh dibandingkan dengan karbohidrat dan protein. Dengan demikian, kentang goreng yang ada di perut Anda lebih lama daripada makanan sehat.

Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal Ultrasound International Open, Anda akan memiliki peluang lebih besar untuk menderita sakit perut saat makan gorengan.

3. Obesitas


Saat makanan digoreng dengan lemak, maka akan menjadi bom kalori, yang menyebabkan penambahan berat badan. Sebuah studi yang diterbitkan dalam The American Journal of Clinical Nutrition menemukan, bahwa makan gorengan terkait langsung dengan obesitas.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2735 seconds (0.1#10.140)