Persenga Mundur, Siapa Menyusul?

Sabtu, 09 Agustus 2014 - 15:29 WIB
Persenga Mundur, Siapa Menyusul?
Persenga Mundur, Siapa Menyusul?
A A A
NGANJUK - Persenga Nganjuk menjadi korban pertama kompetisi Divisi Utama 2014. Tim kebanggaan masyarakat Kabupaten Nganjuk rontok di tengah jalan karena krisis keuangan dan tidak sanggup menghidupi tim hingga kompetisi usai.

Manajemen Persenga sudah mengirimkan surat pengunduran diri ke PT Liga Indonesia pada 4 Agustus dan sudah disetujui pada 7 Agustus. Dengan demikian, otomatis Laskar Singo Barong terhapus dari kompetisi dan menerima sanksi turun ke kasta amatir.

Persenga total telah memainkan 10 pertandingan di Grup 5 Divisi Utama, dengan dua kemenangan dan delapan kali kalah. Bahkan di laga home terakhir, tim berkostum loreng mengalami kekalahan walk over (WO) lawan PSIM Yogyakarta karena tak punya biaya menggelar laga.

Rontoknya tim seperti Persenga sudah diprediksi sejak jauh hari oleh media ini. Tidak adanya sumber dana yang jelas karena nihil sponsor, membuat aktivitas tim kembang-kempis dan hidup merana selama mengikuti Divisi Utama.

Salah satu contoh, ketika melakoni laga tandang ke kota lain, pemain dan official Persenga tidak pernah menginap di hotel. Keterbatasan dana membuat mereka harus pulang-pergi walau harus menempuh beberapa jam perjalanan.

"Sebenarnya animo masyatakat Nganjuk sangat besar karena stadion relatif penuh saat pertandingan. Tapi manajemen tak bisa cari uang, perolehan dari tiket tak mampu menutupi kebutuhan tim. Sejak Juni kami tak punya dana sepeser pun," kata salah satu pengurus Persenga yang menolak disebut namanya.

Kondisi Persenga memaksa PT Liga Indonesia menyetujui pengunduran diri tersebut. "Persenga harus menerima konsekuensi turun ke kompetisi amatir musim depan dan mengganti semua kontribusi yang diberikan PT Liga," demikian kata CEO PT Liga Joko Driyono di Jakarta.

Adakah tim lain yang menyusul? Tampaknya potensi ke sana cukup besar. Sebab tim yang berlaga di Divisi Utama tidak semuanya datang dari kota besar yang berpotensi mendapat sponsor. Penyandang dana kebanyakan didominasi individu, yakni pengusaha lokal yang royal.

Itu juga mewarnai Persenga Nganjuk dalam dua musim di Divisi Utama. Tim yang berkandang di Stadion Anjuk Ladang disuplai seorang pengusaha lokal yang sukses di Kalimantan. Namun itu hanya bertahan seumur jagung karena nyatanya Persenga tak sanggup meneruskan kompetisi.

Sejak dilarangnya keterlibatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk tim sepak bola profesional, memperkecil kesempatan hidup tim-tim level Divisi Utama. Kalau pun satu-dua musim masih bisa dibiayai secara individu, belum tentu survive dalam jangka panjang.

Sedangkan untuk menggali sponsor terasa mustahil, apalagi jika potensi daerah sangat minim. Nganjuk misalnya, tidak memiliki perusahaan besar yang bisa diajak kerjasama sponsorship. Fenomena seperti ini juga banyak terjadi di tim Divisi Utama
(wbs)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4461 seconds (0.1#10.140)