Selebrasi Cavani Bukan Pertama Menuai Kontroversi

Sabtu, 18 Oktober 2014 - 18:37 WIB
Selebrasi Cavani Bukan Pertama Menuai Kontroversi
Selebrasi Cavani Bukan Pertama Menuai Kontroversi
A A A
PARIS - Striker Paris Saint-Germain (PSG) Edinson Cavani menjadi satu dari tiga pemain yang mendapat kartu merah saat PSG menang 3-1 atas RC Lens dalam lanjutan Ligue 1 di Stade de France, Saint-Denis, Jumat (17/10).

Cavani mendapat dua kartu kuning yang membuatnya diusir wasit Nicolas Rainville. Kartu kuning pertama saat merayakan gol yang dicetaknya dari titik putih ke gawang Lens pada menit ke-55, untuk melengkapi gol Yohan Cabaye (28) dan Maxwell (34). Seusai mencetak gol, Cavani melakukan selebrasi dengan berlari ke arah fans Lens dan bak seorang penembak jitu dia mengarahkan tangannya ke pendukung Lens.

Rainville menilai Cavani memprovokasi pendukung lawan, dan menyodorkan kartu kuning kepada striker Uruguay itu. Tak terima keputusan wasit, Cavani dan rekan setimnya protes. Dalam aksinya, Cavani sempat menyentuh Rainville yang langsung menyodorkan kartu kuning kedua alias kartu merah pada menit ke-57.

Tak hanya Cavani, dua pemain Lens Jean-Philippe Gbamin dan Jerome Lemoigne juga diberi kartu merah. Gbamin menit ke-53 dan Lemoigne enam menit kemudian. "Bukan laga yang bagus tatkala 10 pemain melawan sembilan. Pertandingan terlalu banyak kehilangan momentum di babak kedua," kata Pelatih PSG Laurent Blanc.

Lepas dari itu, hukuman bagi aksi selebrasi kontroversial bukan pertama terjadi. Luapan emosional yang kelewat batas, bahkan berbau politik, kerap terjadi di lapangan hijau. Contoh teranyar adalah aksi quenelle, yang dinilai berbau rasis atau anti-semit, yang membuat Nicolas Anelka di hukum larangan tampil dan denda. Berikut lima selebrasi kontoversial yang pernah terjadi di lapangan hijau yang disarikan dari berbagai sumber.

1. Eksekusi: Marco Fabian de la Mora-Alberto Medina

Dalam beberapa tahun terakhir, reputasi Meksiko terkait peredaran obat terlarang dan kekerasan bersenjata terus meningkat. Dua pemain Chivas Guadalajara Marco Fabian de la Mora dan Alberto Medina, menangkap fenomena itu.

Mereka lalu menunjukkan rasa prihatin dengan melakukan selebrasi unik seperti mengeksekusi. Dalam kemenangan Guadalajara 5-2 atas Estudiantes, De la Mora berpura-pura mengeksekusi Madinah dengan tembakan di kepala.

Namun, efeknya, kedua pemain didenda USD3.700. De la Mora menyatakan penyesalan atas perayaan itu dan menyumbangkan USD76.000 untuk sebuah panti asuhan di sebuah kota perbatasan yang dikenal kerap menajdi korban kekerasan terkait narkoba.

2. Paolo Di Canio: Salut Fasis

Ini merupakan selebrasi yang dijamin mendapatkan respons negatif, larangan, dan denda. Salut fasis tidak hanya melanggar 'perayaan non-politik', tetapi juga dianggap oleh hampir semua orang sebagai benar-benar tidak pantas.

Mungkin pendukung paling terkenal dari perayaan ini adalah Paolo Di Canio. Selama bermain di klub Seri A Lazio, Di Canio memberikan pendukung salut berkali-kali.

Baru-baru ini, pemain Yunani Giorgos Katidis diarang tampil seumur hidup untuk tim nasional Yunani. Dia juga dilarang semusim oleh klubnya, AEK Athens, serta denda USD82.000 karena memberi salut setelah mencetak gol. Katidis mengklaim dirinya mendedikasikan gol kemenangan ke teman di tribun, namun pejabat asosiasi sepak bola Yunani melihatnya berbeda.

3.Nicolas Anelka: Quenelle

Saat masih menjadi pemain West Bromwich Albion, striker asal Prancis melakukan gerakan quenelle seusai mencetak gol ke gawang West Ham, 28 Desember 2013. Akibatnya, Anelka didenda USD130.000 dan larangan tampil lima laga oleh Asosiasi sepak Bola Inggris.

Anelka menyatakan mundur dari West Bromwich Albion setelah menolak sanksi dan mengklaim tidak ada yang salah dari gerakan itu.

Anelka menyatakan salut itu bukan anti-Semit, melainkan "anti kemapanan". Gerakan itu dipopulerkan komedian Prancis Dieudonne M'bala M'bala, dan Pemerintah Prancis tengah mencoba melarang acara M'bala M'bala.

4. Robbie Fowler: Heroin

Tidak aneh bila selebrasi yang mengajak orang lain menggunakan obat terlarang selalu dilarang oleh otoritas sepak bola dimanapun. FA Inggris pernah menghukum Robbie Fowler yang selebrasi pemain tersebut dinilai negatif karena memperlihatkan gaya orang menghirup heroin.

Pada April 1999, Liverpool bentrok dengan Everton di laga Liga Primer Inggris. Sebelum petandingan, beredar tuduhan dari pendukung Everton, bahwa penyerang Liverpool Robbie Fowler bermasalah dan melakukan penyalahgunaan narkoba.

Setelah mencetak gol ke gawang Everton dari titik penalti, Fowler merespons tuduhan itu dengan berpura-pura menghirup heroin pada garis putih. Namun, aksi Fowler berbuah denda. FA Inggris melarang dia tampil di empat laga, dan wajib membayar USD100.000.

5. Paul Gascoigne: Flute

Laga Glasgow Rangers kontra Celtic merupakan derby paling sengit di Skotlandia. Secara historis, kedua tim dipisahkan oleh garis politik dan agama dengan Republik/Katolik didukung Celtic, sedangkan Loyalis/Protestan didukung Rangers.

Pada Januari 1998, gelandang Rangers Paul Gascoigne berpura-pura memainkan seruling (flute) yang merupakan simbol Loyalis dan Orde Orange, di depan pendukung Celtic seusai mencetak gol. Gazza didenda USD33.000 oleh klub dan menjadi sasaran ancaman pembunuhan IRA selama beberapa bulan setelah kejadian.
(sha)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5827 seconds (0.1#10.140)