Jangan Bicara Sepak Bola Kalau Tak Tahu Siapa Dia

Sabtu, 21 Februari 2015 - 10:02 WIB
Jangan Bicara Sepak Bola Kalau Tak Tahu Siapa Dia
Jangan Bicara Sepak Bola Kalau Tak Tahu Siapa Dia
A A A
JAKARTA - Bila berbicara soal pesepak bola bertubuh kecil dengan kemampuan mengagumkan, pastinya semua akan menunjuk Lionel Messi sebagai sosok utama. Pemain asal Argentina yang sejak usia 11 tahun telah memperkuat Barcelona tersebut, memang telah berhasil menghipnotis mata dunia dengan kemampuan luar biasanya dalam hal mengolah bola.

Tapi sebagai masyarakat Indonesia anda boleh berbangga. Karena jauh sebelum Mesi dielu-elukan dunia, Indonesia telah memiliki sosok fenomenal yang dengan kemampuan-nya mampu menjadi bahan pembicaraan utama di jagad sepak bola.

Namanya adalah Abdul Kadir. Pria kelahiran 27 Desember 1948 ini telah lebih dulu menjadi pembicaraan utama para penggila sepak bola di jagad raya jauh sebelum Messi muncul ke dunia. Dengan postur minim sebagai seorang pesepak bola, ia memiliki kecepatan luar biasa dan teknik maha sempurna dalam urusan mengolah bola. Dan tidak seperti Messi yang harus jauh-jauh meninggalkan negara asalnya untuk mengenyam pendidikan sepak bola, pria yang diberi julukan ''Si Kancil'' lantaran kelincahannya ini, menghabiskan seluruh karir sepak bolanya dengan memperkuat klub asli Indonesia, Persebaya Surabaya.

Namun nyatanya hal ini tidak menghalangi Abdul Kadir untuk bisa mengharumkan nama bangsa. Buktinya, sejak usia 18 tahun, Si Kancil selalu menjadi langganan dalam skuat Asian All Star bersama Soetjipto Soentoro, Max Timisela, Iswadi Idris, dan Jacob Sihasale. Bahkan selama memperkuat Tim Asian All Star di tahun 1966 hingga 1970, mereka dianugerahi gelar sebagai pesepak bola tercepat Asia.

Abdul Kadir yang selalu dipercaya untuk mengisi posisi sayap kiri ini juga sempat adu kebolehan dengan legenda sepak bola asal Brasil, Pele. Di tahun 1972, Pele yang kala itu baru saja membawa negaranya memenangkan Piala Dunia, bertandang ke Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan-Jakarta bersama Santos yang merupakan klub sepanjang masanya. Meski akhirnya Indonesia harus kalah, namun skuad Garuda kala itu bisa meninggalkan lapangan dengan bangga, karena berhasil memberikan perlawanan hingga memaksa Santos untuk mengakhiri laga dengan skor 2-3. Bahkan lantaran kegemilangan permainan-nya di laga kontra Santos, Si Kancil diberi kepercayaan untuk mendampingi Pele kala melakukan wawancara dengan TVRI yang pada saat itu merupakan saluran televisi satu-satunya di Indonesia.

Di tahun yang sama, Si Kancil juga membuat presiden FIFA kala itu, Stanley Rous terpukau dengan kemampuannya dalam mengolah si kulit bundar. Rous yang meninggalkan jabatannya pada tahun 1974, bahkan mengakui kalau Abdul Kadir adalah salah satu pemain Indonesia yang memiliki kualitas kelas dunia. Rous sendiri menyaksikan kelihaian Abdul Kadir di lapangan Hijau saat Indonesia mengikuti kualifikasi Olimpiade Munich yang kala itu berlangsung di Rangoon, Myanmar. Namun sayang, Indonesia yang sebelumnya telah menumbangkan India dan Thailand dengan skor telak 4-0 dan 4-2, harus gagal berangkat ke Munich, Jerman lantaran tumbang oleh Israel dengan skor tipis 1-0.

Brasil juga bukanlah satu-satunya negara Amerika Selatan yang pernah dihadapi oleh Abdul Kadir. Di tahun 1974, dirinya juga sempat membantu Timnas Indonesia untuk berhadapan dengan Uruguay. Namun tidak seperti Timnas tahun 2010 yang ditumbangkan dengan skor 1-7, kala itu Abdul Kadir berhasil membuat Indonesia bangga usai mengalahkan Uruguay dengan skor 2-1. Padahal, kala itu laga kontra Indonesia dimanfaatkan oleh Uruguay sebagai persiapan menghadapi gelaran Piala Dunia yang berlangsung di tahun yang sama. Namun gol yang diciptakan Abdul Kadir dan Anjas Mara, cukup untuk membuat Uruguay memohon digelarnya laga ulangan dua hari setelahnya.

Karirnya sebagai pelatih juga bisa dibilang cukup cemerlang. Saat menukangi tim Krama Yudha Tiga Berlian di tahun 1986, Abdul Kadir berhasil membawa tim besutannya menyabet juara ketiga Piala Champions Asia. Prestasinya itu bahkan hingga kini belum mampu ditandingi oleh pelatih asal Indonesia lainnya.

Namun sayang, sosok fenomenal yang sempat menggemparkan dunia dengan talenta luar biasanya, harus menghembuskan nafas terakhir di tahun 2003. Lantaran menderita gagal ginjal, Abdul Kadir yang kala itu harus mejalani cuci darah sebanyak dua kali dalam seminggu, kini hanya bisa menceritakan masa jaya Indonesia lewat torehan-torehan prestasinya.
(rus)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4783 seconds (0.1#10.140)