Makna Iman dan Ihtisab dalam Hadis Puasa Ramadan, Ini Penjelasannya

Sabtu, 25 Maret 2023 - 05:15 WIB
loading...
Makna Iman dan Ihtisab dalam Hadis Puasa Ramadan, Ini Penjelasannya
Keutamaan mendapat ampunan dari dosa yang lalu didapat seorang muslim apabila ia berpuasa didasari dengan iman dan ihtisab. Foto/ist
A A A
Salah satu keutamaan puasa Ramadan yang cukup populer adalah diampuni dosa-dosa yang telah lalu sebagaimana terdapat dalam Hadis yang Sahih (Muttafaq 'alaih).

Keutamaan ini didapat seorang muslim apabila ia berpuasa didasari iman dan ihtisab. Apa makna iman dan ihtisab yang dimaksud? Mari kita lihat keterangan Hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berikut. Nabi Muhammad shollallahu 'alaihi wasallam bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ [وفي رواية]: مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
(رواه البخاري ومسلم)


Artinya: "Siapa saja yang berpuasa Ramadhan dengan dasar iman dan ihtisab (berharap pahala dan ridha Allah), maka dosanya yang lalu pasti diampuni." [dalam riwayat lain]: "Siapa saja yang melakukan qiyam (di malam hari) Ramadhan dengan dasar iman, dan Ihtisab (berharap pahala dan ridha Allah), maka dosanya yang lalu pasti diampuni." (HR Al-Bukhari dan Muslim)

Mengutip penjelasan dari Mahad Syaraful Haramain, Al-Hafidz Ibnu Hajar menjelaskan Hadis di atas dalam kitabnya Fath Al-Bari:

Maksud dari lafaz إِيْمَانًا "Iman[an]" adalah meyakini kewajiban puasa Ramadhan. Sedangkan maksud lafaz احْتِسَابًا "Ihtisab[an]" adalah mencari pahala dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Al-Khatthabi berkata, "Ihtisab[an] maksudnya Azimah yaitu berpuasa dengan konotasi mengharapkan pahala-Nya, dengan jiwa yang bersih terhadapnya, tidak merasa berat menjalankan puasa, dan mengulur-ulur harinya.

Sedangkan Imam Al-Manawi dalam Kitab Faidh Al-Qadir menerangkan: "Siapa saja yang puasa Ramadhan dengan "iman[an]" yaitu membenarkan pahala Allah, bahwa pahala itu benar. Dan "ihtisab[an]" semata karena menunaikan perintah Allah, dengan mengharap pahala, atau berharap kepada Allah, bukan untuk tujuan riya'. Sebab, kadang seorang Mukallaf melakukan sesuatu, dia yakin bahwa itu benar, tetapi dia tidak melakukannya dengan ikhlas, namun karena takut atau riya."

Imam an-Nawawi juga menjelaskan hadis di atas dengan menyatakan: "Makna Iman[an] adalah membenarkan, bahwa itu memang benar, dengan nilai keutamaan. Sedangkan makna Ihtisab[an] adalah dia menginginkan Allah Subhanahu wa Ta'ala, bukan berharap dilihat manusia, dan bukan yang lain. Sesuatu yang menyalahi keikhlasan."

Al-Hafidz Ibnu Jauzi menambahkan: "Sabda Nabi mengatakan Iman[an] dan Ihtisab[an] maksudnya adalah membenarkan Dzat yang Disembah, yang Maha Memberi Perintah kepadanya, dengan meyakini keutamaan qiyamu lailnya, dan kewajiban puasanya. Takut terhadap siksa-Nya ketika meninggalkannya, serta berharap pahala-Nya yang berlimpah. Inilah sifat orang mukmin." (Kasyf al-Musykil fi Hadits as-Shahihain).

Kesimpulan
Dari penjelasan para ulama di atas dapat disimpulkan bahwa: Siapa saja mukmin yang berpuasa dengan dorongan dan dasar keimanan kepada Allah, bahwa ini adalah perintah-Nya, meyakini bahwa ini hukumnya wajib, lalu menjalankannya dengan ikhlas semata untuk-Nya, berharap ridha dan pahala-Nya, maka dosa yang telah dia lakukan sebelumnya, pasti akan diampuni oleh Allah Ta'ala.

Siapa saja Mukmin yang bangun di malam harinya, untuk mengisi malam Ramadhan dengan ketaatan kepada Allah dengan dorongan dan dasar keimanan kepada-Nya, bahwa ini adalah perintah-Nya, meyakini keagungan fadhilah-nya, lalu menjalankannya dengan ikhlas semata untuk-Nya, berharap ridha dan pahala-Nya, maka dosa yang telah dia lakukan sebelumnya juga pasti akan diampuni oleh Allah.

Itulah makna "Imanan" dan "Ihtisab" dalam Hadis keutamaan Puasa dan Qiyam Ramadan. Semoga Allah berkenan mengampuni dosa-dosa kita yang lalu.

(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2173 seconds (0.1#10.140)