Bidik Emas SEA Games 2017, PSSI Belum Tunjuk Pelatih

Jum'at, 23 Desember 2016 - 10:47 WIB
Bidik Emas SEA Games 2017, PSSI Belum Tunjuk Pelatih
Bidik Emas SEA Games 2017, PSSI Belum Tunjuk Pelatih
A A A
JAKARTA - Keseriusan PSSI mempersiapkan tim nasional Indonesia di SEA Games 2017 Malaysia memancing banyak pendapat siapa yang akan dipercaya sebagai pelatih kepala. Target jelas, medali emas. Sayangnya hingga kini soal juruk taktik masih jadi perdebatan.

Sejauh ini berbagai pendapat bermunculan, apakah pelatih asing atau lokal. Setelah gagal menjadi juara di Piala AFF 2016, PSSI dengan tegas akan semaksimal mungkin mempersiapkan skuad yang akan tampil di SEA Games tahun depan. Meski target tinggi sudah dipancang, siapa pelatih yang akan dipercaya memenuhi target tersebut, baru ditetapkan Januari 2017.

Di balik siapa yang nanti akan dipilih PSSI sebagai organisasi tertinggi sepak bola Tanah Air, berbagai saran mulai bermunculan. Mulai anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI Gusti Randa sampai mantan pemain timnas Fachry Husaini.

Gusti mengaku lebih suka jika pemain timnas SEA Games ditangani pelatih impor. Alasannya, yang dibutuhkan dari timnas sekarang adalah perbaikan mental para pemain. "Kalau teknis, saya kira bukunya sama setiap pelatih. Jika berbicara pembentukan mental pemain, sepertinya kalau saya cocoknya pelatih asing, Mental building - nya lebih bagus," ungkap Gusti, kepada KORAN SINDO.

Menurut Ketua Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI DKI Jakarta tersebut, yang paling utama untuk para pemain muda adalah bagaimana menanamkan mental bertanding tinggi. Jika mental dan karakter sudah dipupuk dengan baik sejak usia dini, buah positifnya akan didapat saat sudah menjadi pemain senior.
Pertimbangan tersebut membuatnya berpendapat jika untuk timnas kategori usia masih butuh polesan pelatih-pelatih asing. Sementara di level timnas senior tidak perlu pelatih impor. "Karena, pemain senior sudah secara mental terbentuk di timnas U-19 dan U-23,"papar Gusti.

Pendapat berbeda disampaikan Fachry Husaini. Mantan penggawa Timnas Indonesia pada era 1990-an yang juga pernah menukangi Timnas U-16 dan U-19 Indonesia itu menilai jika pelatih lokal tidak kalah secara kualitas dengan pelatih asing. Fachry menilai , arsitek asing tidak selalu lebih baik dari lokal.

Fachri mengaku sudah merasakan dilatih pelatih asing dan lokal saat menjadi pemain. Belum lagi bicara karakter pemain Indonesia.

Menurutnya, yang tahu itu ya pelatih lokal. "Justru pelatih asing malah lebih bodoh melatihnya daripada pelatih lokal. Jangan kalau sudah asing, langsung dicap lebih bagus dari lokal," tutur Fachry.

Sejauh ini, baik pelatih asing atau lokal saat menukangi Indonesia di ajang SEA Games sama-sama pernah mencatatkan prestasi. Saat Indonesia meraih emas pertama di ajang multievent tersebut pada 1987 di Jakarta, dengan materi pemain seperti Rully Nere, Ricky Yacobi, dan Herry Kiswanto dengan pelatih kelahiran Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara, Bertje Matulapelwa. Pelatih asal Rusia Anatoli Polosin juga mampu mengukir prestasi yang sama pada SEA Games 1991 di Manila, Filipina.

Emas yang saat itu disumbangkan pemain-pemain seperti Robby Darwis, Peri Sandria, Bambang Nurdiansyah, hingga Aji Santoso merebut emas setelah di final mengandaskan Thailand lewat babak adu penalti. Terkait masa depan arsitek Timnas Indonesia Alfred Riedl, PSSI baru akan memutuskan hal tersebut pada 8 Januari mendatang dalam rapat Komite Eksekutif (Exco) PSSI.

Namun, Wakil Ketua Umum (Waketum) PSSI Joko Driyono mengatakan jika kontra Riedl hanya sampai Piala AFF 2017. Jadi, menurut Joko, kata-kata diputus tidak tepat karena kontrak Riedl hanya untuk AFF. Diputus atau diganti konotasinya jika kontrak dia panjang kemudian diberhentikan di tengah jalan.

"Kita tidak perlu berspekulasi, tunggu sampai bulan Januari, PSSI akan tetapkan siapa pelatih untuk SEA Games," ujar Joko (Decky Irawan Jasri)
(bbk)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4982 seconds (0.1#10.140)