Yahudi Ezkinaz, Dalang di Balik Runtuhnya Kekhalifahan Utsmaniyah

Rabu, 08 November 2023 - 19:00 WIB
loading...
Yahudi Ezkinaz, Dalang di Balik Runtuhnya Kekhalifahan Utsmaniyah
Yahudi Ezkinaz yang menjadi dalang runtuhnya kekhalifahan Utsmaniyah. Ilustrasi: YouTube
A A A
Bangsa Yahudi yang ada sekarang ini dibagi menjadi dua golongan: Yahudi Semitik dan Yahudi Ezkinaz. Yang terakhir ini juga sering disebut Yahudi non-Semitik. Yahudi yang terakhir ini pula yang menjadi dalang runtuhnya kekhalifahan Utsmaniyah .

Willian G. Carr dalam bukunya berjudul “Yahudi Menggenggam Dunia” (Pustaka Kautsar, 1993) menjelaskan kala itu, Islam muncul sebagai kekuatan yang besar, yang tidak dikehendaki oleh Yahudi.

Itu sebabnya, kaum Yahudi menyebar ke seluruh wilayah kaum Muslimin untuk menyulut benih-benih perselisihan, pemberontakan dan perpecahan. "Mereka berhasil mendirikan beberapa sekte sesat di tengah masyarakat Muslim dan beberapa gerakan sesat bawah tanah, yang bertujuan melemahkan kekuatan umat Islam," ujarnya.



Setelah kaum Muslimin melemah, dan superioritas dunia berada di tangan dunia Kristen Eropa, orang Yahudi memindahkan kegiatan mereka ke negeri-negeri itu, terutama Inggris dan Perancis.

"Dan awal abad ini kekuatan dunia berbalik ke tangan Amerika dan Rusia. Maka, kegiatan Yahudi pun berpindah ke sana," tulis Willian G. Carr.

Akan tetapi, kata Willian G. Carr, meskipun keadaan kaum Muslimin sangat lemah pada masa pemerintahan Sultan Abdul Hamid, orang Yahudi tidak berhasil membeli bumi Palestina dengan kekayaan yang mereka miliki.

Bahkan Sultan Abdul Hamid , seorang penguasa kerajaan Turki Utsmani yang dikambinghitamkan oleh para sejarawan, telah menunjukkan sikapnya yang tegas terhadap Theodore Herzl, pemimpin gerakan Zionisme Internasional kala itu, yaitu pada akhir abad ke 19.

Sultan Abdul Hamid menunjukkan pendiriannya yang tegas dengan menolak kehadiran Herzl untuk memberikan suap kepada Sultan, agar beliau mengizinkan orang Yahudi hijrah ke Palestina. Kemudian Sultan Hamid mengirim catatan khusus kepada Herzl lewat kawannya Neolinsky. Sebagaimana ditulis sendiri oleh Herzl dalam buku hariannya halaman 35, yang dimuat dalam media Pusat Studi PLO.



Sultan pesan kepada Neolinsky sebagai berikut :

"Jika Herzl benar-benar kawanmu, sebagaimana Anda adalah kawanku juga, maka tolong beritahukan agar Herzl jangan sekali-kali meneruskan langkahnya, karena aku tidak akan menjual sejengkal pun wilayah kerajaanku. Kerajaanku bukanlah milik pribadiku, melainkan milik seluruh kaum Muslimin. Dan untuk memperoleh itu, mereka telah mengorbankan harta benda dan hidupnya. Oleh karena itu, kami akan mempertahankan bumi itu dengan darah kami pula, dari setiap usaha yang dilakukan oleh pihak luar untuk merebutnya.

Pasukan kami telah terjun dalam medan perang di Syiria dan Palestina. Mereka rela gugur satu demi satu, karena tidak ada seorang pun dari prajurit kami yang mau menyerah kepada musuh. Mereka lebih senang mati membela kehormatan Islam daripada hidup dalam kenistaan. Kerajaan Turki bukanlah milik pribadiku, melainkan milik bangsa Turki.

Tanah sejengkal pun tidak boleh dijarah orang. Orang Yahudi supaya menyimpan saja jutaan uang miliknya itu. Seandainya kerajaan ini bisa dihancur-luluhkan orang Yahudi boleh mengambil tanah Palestina dengan cuma- cuma. Akan tetapi harus diingat, bahwa kerajaan kami tidak pernah akan mundur dari tekad, yang telah kami pegang selama ini. Orang Yahudi tidak akan bisa menghancurkan kami, sebelum mereka bisa melangkahi mayat-mayat kami lebih dulu."

Apa yang terjadi setelah orang Yahudi mengetahui ketegaran sikap Sultan Abdul Hamid ?



Willian G. Carr mengatakan ternyata mereka tidak kehilangan akal. "Dengan menggunakan orang Yahudi warga Turki sendiri yang bergerak di bawah tanah, yaitu wilayah Turki yang sekarang menjadi bagian dari wilayah Yunani, mereka berhasil menumbangkan kekuasaan Sultan Abdul Hamid," jelasnya.

Sultan sendiri akhirnya mengetahui sebab-sebab pokok yang membuatnya terguling. Hal ini bisa dilihat dari sepucuk surat Sultan kepada Syeikh Mahmud Abu Syamat di Damaskus.

Dikatakan dalam surat itu, bahwa Sultan mendapat tawaran dari para tokoh Yahudi berupa sejumlah uang emas, dengan imbalan beliau mengizinkan orang- orang Yahudi hijrah ke Palestina, yang akhirnya mereka akan mendirikan sebuah negara di sana.

(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2355 seconds (0.1#10.140)