Jose Mourinho, Special One Yang Tetap Spesial

Kamis, 16 November 2017 - 11:29 WIB
Jose Mourinho, Special One Yang Tetap Spesial
Jose Mourinho, Special One Yang Tetap Spesial
A A A
PELATIH Manchester United Jose Mourinho mengalami banyak kegagalan saat membawa klub Inggris dengan julukan Red Devils itu mengarungi Liga Inggris musim ini. Namun, pelatih berkebangsaan Portugal tersebut masih diyakini sebagai special one yang tetap spesial.

Kekalahan Manchester United dari Chelsea saat melawat ke Stamford Bridge pada awal November lalu sedikit menimbulkan tanda tanya. Tidak sedikit yang kemudian meragukan kemampuan Pelatih Manchester United Jose Mourinho membawa klub yang bermarkas di Old Trafford ini merengkuh kembali trofi Liga Inggris.

Pada saat bersamaan, tetangga mereka, Manchester City, justru tidak tertahankan dengan performa mereka yang luar biasa. Saat ini Manchester City berada di posisi pertama Liga Inggris. Manchester United terpaut 8 angka dengan pemuncak klasemen tersebut. Jose Mourinho mengakui, jarak tersebut mencemaskan. Namun, cara dia merespons keadaan tersebut menunjukkan kepercayaan diri yang tinggi.

"Kami cemas, tapi ada 18 tim yang lebih cemas daripada kami karena kami sementara ini berada di posisi kedua," ujar Jose Mourinho. "Delapan poin di Liga Primer tidak sama dengan di Portugal, La Liga, atau Bundesliga. Ya, memang delapan poin, tapi masih banyak pertandingan yang belum dimainkan," imbuhnya.

Banyak orang memang tidak merasakan kembali letupan Jose Mourinho seperti dulu pertama kali datang ke Inggris. Jose Mourinho seperti kehilangan sentuhannya. The Special One seakan-akan terkikis dengan gaya jenius Pep Guardiola, semangat rock ‘n roll Juergen Klopp, hingga gaya urakan Antonio Conte. Anggapan tersebut juga dirasakan legendaris hidup Southampton, Matt Le Tissier. Dia tidak lagi melihat letupan semangat dalam diri Mou.

"Saya sudah tidak melihat percikan yang sama dalam dirinya," ujar Le Tissier.

Jose Mourinho sekarang malah terkesan mengikuti arus tuntutan yang ada. Contohnya saat dia membawa Manchester United ke Stamford Bridge melawan Chelsea beberapa waktu lalu. Alih-alih bermain pragmatis, Manchester United justru bermain terbuka. Padahal, pragmatis bukanlah hal yang najis dalam sepak bola.

Pada dasarnya, Jose Mourinho memang pelatih pragmatis. Dia bukan pelatih defensif karena sejarah pernah membuktikan bahwa Jose Mourinho pernah membuat Real Madrid mencetak 100 gol lebih di La Liga. Di Porto dulu, karena ketiadaan pemain-pemain level superstar, Mourinho melatih anak-anak asuhnya dengan spartan. Dengan mengandalkan kekuatan fisik, ditambah strategi yang lebih menitikberatkan pada menihilkan permainan lawan, jadilah Porto berjaya bersamanya.

Di Chelsea memang sedikit berbeda. Keberadaan pemain cepat semodel Arjen Robben dan Damien Duff, ditambah penyerang lihai macam Didier Drogba, membuat Mourinho sedikit lebih bisa menerapkan permainan ofensif. Di Madrid, dengan seabrek bintang, Mourinho bisa tampil all-out menampilkan permainan agresif. Madrid yang bermain langsung dan cepat menjadi cirinya kala itu.

Di Manchester United pada musim pertamanya, dengan skuad yang tidak begitu mendalam, Jose Mourinho bertindak taktis dan spekulatif. Dia tidak menatap optimis memenangi Liga Inggris. Alih-alih, dia berhasil memberikan tiga trofi, Europa Leauge, Piala Liga, dan Community Shield. Lewat Europa Leauge, Manchester United bahkan kembali berkiprah di Liga Champions yang sebelumnya mereka lewatkan saat bersama Louis van Gaal. Jadi sesungguhnya, Mourinho yang dulu dan sekarang masih sama-sama pragmatis.

Kemauannya untuk beradaptasi dengan kondisi Premier League sekarang, ketika makin banyak pelatih bermain untuk mendominasi, menunjukkan bahwa dia cukup adaptatif. Meski begitu, kapasitas skuad dan cedera yang menghantam, membuatnya sering kali memilih bermain aman.

Masalahnya, Mourinho telah menghabiskan banyak uang untuk menggaet pemain. Karena itu, jadilah dia sasaran tembak media Inggris. Dia sepertinya begitu ikhlas menjadi sasaran tembak. Baginya, ini lebih baik daripada pemain-pemain kesayangannya menjadi sasaran kritik.

Perlindungan itulah yang membuat Jose Mourinho terasa spesial bagi siapa saja yang pernah bekerja dengannya. Dave Hancock, fisioterapis yang pernah bekerja di Chelsea FC saat dipegang Jose Mourinho, punya pendapat khusus mengenai pria kelahiran Setubal, Portugal pada 26 Januari 1963 itu. Menurutnya, Jose Mourinho terbilang spesial karena mampu melejitkan mental tanding para pemainnya.

"Dia sangat teliti dan metodis saat latihan, tetapi dia tahu yang terpenting adalah psikologi saat bermain. Dia yang terbaik dalam hal itu,” ujar Hancock.

Hancock memberi contoh saat Mourinho merobek kertas taktiknya ketika para pemain Chelsea bermain buruk saat melawan Watford. Dia meminta para pemain melupakan taktik dan bermain sebaik mungkin. Chelsea akhirnya menang 1-0 berkat gol tunggal Salomon Kalou. Namun, yang paling dikagumi Hancock adalah kata-kata motivasi Mou saat Chelsea melawan Porto. Chelsea tertinggal 0-1 saat jeda, tetapi dia meyakinkan pemainnya bahwa mereka masih bisa menang.

"Saat kami tertinggal dari Porto ketika jeda, saya kira dia akan marah besar. Namun, dia masuk ruang ganti dengan santai dan mengatakan, 'Tenang, semuanya. Kita akan bermain lagi, mencetak gol, dan akan menang 2-1. Saya janji. rileks saja, terus bermain' pada babak kedua," ujarnya.

Pesepak bola klub Arsenal, Mesut Ozil, punya pendapat senada. Dia malah memandang Jose Mourinho sebagai sosok ayah. Saat pertama kali datang ke Real Madrid, sosok Jose Mourinho sangat membantunya beradaptasi dengan pemain dan kultur di Real Madrid. "Dia yang benar-benar membantu saya bisa bermain dengan baik di Real Madrid. Dia seperti ayah buat saya," kata Ozil.

Di Manchester United, beberapa pemain yang dianggap pernah berseteru dengan Jose Mourinho, seperti Juan Mata dan Romelu Lukaku, justru mendapatkan performa terbaiknya. Juan Mata masih menjadi pemain andalan Manchester United, begitu juga Romelu Lukaku yang sekarang menjadi top skorer Manchester United.

Saat ini Jose Mourinho belum menunjukkan keistimewaannya di Liga Inggris musim ini, tapi setidaknya dia mendapatkan tempat yang spesial di hati para pemain dan pendukung Manchester United.
(amm)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.2084 seconds (0.1#10.140)