Buku Penculikan Bukan untuk Diputihkan Diluncurkan di Tebet

Jum'at, 19 Januari 2024 - 15:51 WIB
loading...
Buku Penculikan Bukan untuk Diputihkan Diluncurkan di Tebet
Peluncuran buku berjudul Penculikan Bukan untuk Diputihkan di Tebet, Jakarta Selatan. Foto/Istimewa
A A A
JAKARTA - Imparsial meresmikan peluncuran buku sejarah pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) berat yang terjadi khususnya pada kasus penculikan aktivis pada tahun 1997-1998. Buku berjudul 'Penculikan Bukan untuk Diputihkan' itu ditulis oleh aktivis HAM, Al Araf dan Taufik Pram.

Sebagai salah satu penulis, Taufik Pram menyampaikan buku tersebut ditulis guna mengingat peran 13 aktivis yang sampai saat ini belum ditemukan. Taufik mengatakan, sistem demokrasi dan kerja-kerja pers dapat berjalan seperti saat ini.

"Tanpa perjuangan teman-teman aktivis di 97 sampai 98 itu, kita tidak mungkin kumpul-kumpul seperti ini. Terutama teman-teman wartawan, tidak mungkin bisa menjalankan kerja-kerja jurnalistik secara profesional karena terbelenggu Undang-Undang Pers dan Surat Izin Usaha Penerbitan," ujar Taufik di Sadjoe Cafe Tebet, Jakarta, Kamis (18/1/2024).

Taufik juga menyoroti pemerintah yang belum serius menangani kasus 13 orang hilang tersebut. "Mohon maaf, terlebih pemerintah belum serius menangani nasib dari status 13 teman-teman aktivis yang sampai saat ini masih hilang, tanpa mereka pun, saya rasa tidak mungkin seorang Jokowi bisa menjadi Presiden seperti sekarang," ujarnya.

Diketahui, peluncuran buku Penculikan Bukan untuk Diputihkan itu dihelat di Kafe Sadjoe, Tebet, Jakarta Selatan pada Rabu (18/1/2024) siang. Gelaran diskusi dan bedah buku tersebut dihadiri oleh Al Araf serta Taufik Pram selaku penulis buku, istri almarhum Munir, Suciwati, korban penculikan 98 Petrus Hariyanto, dan ayah dari Ucok korban penculikan yang belum ditemukan sampai saat ini, Paian Siahaan.
(zik)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4235 seconds (0.1#10.140)