Liverpool versus Paris Saint-Germain Bukan Miskin vs Kaya

Selasa, 18 September 2018 - 14:39 WIB
Liverpool versus Paris Saint-Germain Bukan Miskin vs Kaya
Liverpool versus Paris Saint-Germain Bukan Miskin vs Kaya
A A A
LIVERPOOL - Fase grup Liga Champions 2018/2019 akan dimulai dini hari nanti. Liverpool versus Paris Saint-Germain (PSG) menjadi salah satu laga pembuka turnamen antarklub terbesar di Eropa ini.

Ini bukan lagi duel tim miskin versus tim kaya. Berada di Grup C, Liverpool dan PSG akan ber saing bersama wakil Seri A Napoli dan debutan Liga Champions Crvena Zvezda. Dibandingkan kedua tim lain, Liverpool dan PSG lebih layak disebut sebagai penantang gelar juara musim ini. Apalagi Liverpool pada musim lalu adalah finalis Liga Champions.

Melangkah ke final, mimpi The Reds pupus setelah menyerah 3-1 dari Real Madrid di NSK Olimpijskyj, Kiev. Sedangkan PSG, kembali gagal melewati kutukan babak 16 besar setelah kalah 1-3 dan 1-2 pada dua leg Liga Champions juga melawan Real Madrid. Di bawah Juergen Klopp, Liverpool terus memperlihatkan tren positif.

Setelah musim lalu mencapai final Liga Champions, pada musim ini mereka memperlihatkan start terbaik di Liga Primer. The Reds tidak terkalahkan dalam empat pertandingan terakhir. Inilah permulaan musim terbaik Liverpool da lam 28 tahun terakhir. “Ini akan menjadi pertan dingan menarik. Apalagi banyak yang mengatakan, musim lalu kami di final, maka musim ini harus menjadi juara,” kata Klopp dikutip independent.

Dua musim terakhir, Liverpool bukan lagi tim miskin. Memiliki ambisi menghapus dahaga gelar Liga Primer dan Liga Champions, direksi tim rela mengeluarkan dana besar untuk mendatangkan pemain.

Ada nama Virgil van Dijk sebagai bek termahal di dunia saat diboyong dari Southampton. The Reds sempat memasukkan nama penjaga gawang Alisson Becker sebagai penjaga gawang termahal di dunia saat dibajak dari AS Roma. Predikat kiper termahal kemudian dipecahkan Kepa Arrizabalaga yang bergabung ke Chelsea.

Liverpool juga tak sungkan menggelontorkan uang 54 juta euro demi mendatangkan Nabil Keita, padahal masih memiliki Fabinho di lini tengah yang diambil dari Monaco senilai 40 juta euro. Karena itu, jika dihitung sejak awal menukangi Liverpool pada 2015 sampai sekarang, Klopp sudah mendapatkan dana belanja 393 juta euro atau sekitar Rp6,8 triliun.

Alasan itu membuat duel Liverpool melawan PSG bukan laga antara si miskin dan si kaya. Liverpool dengan uangnya membuat pemain yang nyaris tanpa nama mendadak terkenal, sedangkan PSG demi ambisinya mendapatkan gelar Liga Champions rela memboyong pemain bintang dengan dana besar.

Klopp pun mengaku sudah menyaksikan permainan PSG saat menghadapi Saint-Etienne. Menurut dia, laga melawan pasukan Thomas Tuchel akan menjadi pertandingan menarik. “Mereka bagus, tapi itu tidak terlalu penting karena dua pemain utama tidak terlibat (Neymar dan Kylian Mbappe). Tapi, kami tetap menganalisisnya, meski baru sedikit dan mereka benarbenar bagus,” kata pelatih asal Jerman tersebut. Pada satu sisi, Les Parisiens juga sedang di balut penasaran untuk bisa menaklukkan Eropa.

Segala cara sudah mereka lakukan untuk bisa menjadi juara di Liga Champions, tapi hasilnya, selalu sama, langkah mereka terhenti di 16 besar. Padahal sejak dikuasai Oryx Qatar Sports Investments di bawah Presiden Nasser Al-Khelaifi, PSG sudah mengeluarkan dana lebih dari 1 miliar poundsterling.

Angka itu dihitung sejak akuisisi dilakukan pada 2011/2012. Pengeluaran tertinggi digunakan untuk mendatangkan Neymar Jr dari Barcelona (199,8 juta poundsterling), Kylian Mbappe (121,5 juta poundsterling), dan Edinson Cavani (58,5 juta poundsterling). Sayangnya, besaran pengeluaran tersebut belum bisa membuat mereka ke final apalagi juara.

Beban tersebut kini ada di pundak Thomas Tuchel sebagai pelatih. Tuchel diharapkan bisa mengubah peruntungan PSG setelah arsitek tim sebelumnya, Carlo Ancelotti, Laurent Blanc, dan Unai Emery gagal melewati kutukan 16 Besar di Liga Champions.

“PSG punya pemain dan pelatih yang akan melakukan sesuatu di Anfield. Pelatih terbaik dunia,” kata Al-Khelaifi. Di bawah Tuchel, PSG terlihat lebih seimbang. Mantan arsitek Borussia Dortmund itu juga berani mengubah struktur tim dari 4-3-3 yang digunakan Blanc dan Emery menjadi 4-2-3-1.

Perubahan yang membuat PSG bisa mengoleksi 17 gol dari lima laga atau rata-rata 3,4 gol per pertandingan. Les Parisiens juga baru kebobolan empat gol yang membuat mereka menjadi tim paling sedikit kemasukan di Ligue 1.

“Pertandingan ini lebih layak ditonton dibanding laga lainnya. Tapi, kami harus menjalani laga dengan percaya diri. Kami harus menghormati lawan, dan yakin bisa melakukan sesuatu di sana,” kata Mbappe.
(don)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5845 seconds (0.1#10.140)